Media Coverage


2004

Tantangan Berat untuk Menteri Kehutanan

Tantangan Berat untuk Menteri Kehutanan

Oleh John Haba

MENTERI Kehutanan kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK), MS Kaban, membuat gebrakan baru setelah dilantik. Semua kasus menyangkut isu-isu di sektor kehutanan akan ia tangani dengan tuntas. Tidak berbeda dengan pendahulunya, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Menhut Prakoso, yang mengumbar janji, telah memiliki nama para perusak hutan dan penjual kayu ilegal. Janji tinggal janji, hingga mereka lengser dari jabatannya, masyarakat tidak mengetahui, apa sebenarnya yang mereka lakukan untuk menuntaskan kejahatan di sektor kehutanan.


Kayu Besertifikat Atasi ‘Illegal Logging’

Kayu Besertifikat Atasi ‘Illegal Logging’

JAKARTA (Media): Kecenderungan penggunaan kayu ilegal di Indonesia semakin meningkat. Untuk memberantasnya harus melalui penguatan pengaruh pasar dengan meningkatkan pasokan kayu Indonesia besertifikat.


Opinion paper: Illegal Logging: Strengthening the Monitoring of the “Suspicious Woods”

Opinion paper: Illegal Logging: Strengthening the Monitoring of the “Suspicious Woods”

The forests in Southeast Asia’s forest have been destroyed in a speed that has never been seen in the past. According to the Ministry of Forestry of Indonesia, compared to the annual 1 million ha decrease in the forested area from the 70s to the 90s, the annual destruction has been accelerated to 2.1 million ha since the Asian Economic Crisis. There is an estimate by the World Bank that natural forests in low land will disappear 6 years later in Kalimantan (Borneo Island), the most forested region in Southeast Asia.


AgroIndonesia vol 1 No. 20

AgroIndonesia vol 1 No. 20

Hutan hujan tropis Indonesia memang luar biasa. Tidak salah jika lembaga penelitian internasional yang punya status setara dengan ambassador pun hadir di sini, yakni Pusat Penelitian Kehutanan Internasional alias Center for International Forestry Research (CIFOR). Namun, kehadiran CIFOR ternyata tidak menghambat, kalau bukan menghentikan, laju degradasi hutan nasional. Bahkan, setiap tahun lembaga lembaga yang berpusat di Bogor ini mengklaim 12 juta hektare (ha) hutan di Indonesia rusak. Luasan itu setara dengan daratan Yunani.


Budidaya Ikan Lokal Alami Peningkatan Pelestarian Hutan Sangat Menunjang

Budidaya Ikan Lokal Alami Peningkatan Pelestarian Hutan Sangat Menunjang

MALINAU-S Sitorus SHut MSi, salah seorang peneliti bidang sosial, ekonomi dan politik kehutanan dari Center for International Forestry Research (CIFOR) Bogor mengatakan, hasil evaluasi awal proyek perikanan di Kabupaten Malinau yang dilakukan CIFOR dari tanggal 7 hingga 14 Oktober kemarin, budidaya ikan air tawar sistem kolam di Malinau mengalami peningkatan.

Bila sebelumnya percontohan kolam ikan mas, patin, baung dan gurami yang telah dirintis lembaga penelitian CIFOR dan IRD untuk petani kecil di Malinau yang pada awalnya harus mendatangkan benih dari Mandiangin, Banjarmasin dengan bantuan CIFOR, IRD dan pemerintah pusat. Kini, petani (pemula) kolam ikan telah mampu melakukan pemijahan (pembenihan) sendiri meskipun masih relatif kecil jumlahnya.



Hutan masih punya masa depan

Hutan masih punya masa depan

Oleh David Kaimowitz

Bahasa Indonesia: Betapa seringnya kita mendengarkan kata hutan dan penggundulan diucapkan bersamaan. Sepertinya tidak mungkin tidak ketika kita membuka koran dan tidak menjumpai lagi cerita bernafas pesimis mengenai masa depan hutan Indonesia. Ada yang menyatakan hutan dataran rendah Sumatra akan hilang dalam beberapa tahun lagi dan di Kalimantan pada 2015. Tentu banyak yang perlu dikhawatirkan. Tetapi apakah keluh kesah dan duka cita bisa membantu hutan dan beberapa juta warga Indonesia yang bergantung padanya? Sikap murung terhadap masa depan hutan Indonesia bisa-bisa menjadi kenyataan nantinya. Di Center for International Forestry Research (CIFOR), kami bersikap optimis. Bahkan, CIFOR teguh dalam melakukan segalanya yang mungkin untuk membantu Indonesia menjamin hutannya dikelola secara berkesinambungan dan bermanfaat bagi ekonomi nasional serta masyarakat setempat. Ini bisa dilihat dengan jelas dalam perencanaan dan rekanan yang sudah dibangun dalam melaksanakan penelitian di Indonesia sampai tahun-tahun mendatang.

English: How often do we hear the words forests and destruction mentioned in the same breath? It seems almost impossible to open a newspaper without encountering another pessimistic story about the future of Indonesia’s forests. Some suggest Sumatra’s lowland forests will be gone within the next few years and Kalimantan’s by 2015. Sure, there is a lot to be worried about. But is proclaiming doom and gloom going to help the forests and the several million Indonesians who depend on them? A fatalist attitude about the future of Indonesia’s forests may well become a self-fulfilling prophecy. At the Center for International Forestry Research (CIFOR), we are generally optimistic. Indeed, CIFOR is committed to doing everything it can to help ensure Indonesia’s forests are sustainably managed and benefit the national economy and local people. This is evident in the plans and partnerships that we have in place to undertake research in Indonesia for many years ahead.


Pemegang HPH dan IPK Picu Konflik Antarmasyarakat

Pemegang HPH dan IPK Picu Konflik Antarmasyarakat

JAKARTA – Pembalakan liar (illegal logging) merupakan penyebab utama kehancuran hutan di Indonesia. Namun pembalakan liar itu bukan hanya sekadar pencurian kayu yang kemudian diselundupkan ke negara lain, tetapi juga praktik-praktik penebangan secara destruktif yang dilakukan oleh perusahaan pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) serta pemegang izin pemanfaatan kayu (IPK). Praktik-praktik penghancuran hutan itu secara nyata juga telah menjadi pemicu munculnya konflik antara masyarakat sekitar dengan pemerintah maupun pihak perusahaan. Demikian disampaikan para peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR) dalam Konferensi Internasional bertema ”Penguasaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang Sedang Berubah: Mempertanyakan Kembali Berbagai Jawaban”, di Jakarta hari Selasa (12/10).



Top