Tema Pendahuluan
Topik Pendahuluan
Pendahuluan
Indonesian Peatland Network (IPN) adalah jejaring ilmiah yang dibentuk oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) dan Indonesian Climate Change Center (ICCC) yang didukung oleh US Forest Service – International Program.
Dalam rangka menjembatani interaksi antara komunitas peminat, praktisi dan ahli gambut Indonesia, IPN kemudian menyusun Toolbox IPN yang merupakan perangkat pelatihan berupa materi ceramah dalam bentuk powerpoint dan tersedia secara online yang ditujukan untuk memahami tantangan dan peluang lahan gambut di Indonesia dan kaitannya dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Tema A. Lahan gambut di Indonesia
Topik A1. Luas, sebaran, dan laju perubahan
Topik A1. Luas, sebaran, dan laju perubahan
Kata gambut diambil dari kosa kata bahasa Suku Melayu Banjar yang tinggal di Kalimantan Selatan.
Beberapa daerah atau suku mempunyai sebutan tersendiri untuk gambut. Topik ini menampilkan gambaran gambut secara umum.
Beberapa pemikiran dari para ahli gambut ditampilkan secara seimbang termasuk berbagai istilah gambut beserta pengertian dan definisi-nya. Selain itu, dibahas juga tentang pengklasifikasian lahan gambut, sebaran dan luasannya di beberapa wilayah di Indonesia, serta pemutakhiran data spasial lahan gambut yang kemudian dibahas lebih lanjut di Topik B5.
Topik A2. Pengembangan dan Pemanfaatan lahan gambut
Topik A2. Pengembangan dan Pemanfaatan lahan gambut
Pembahasan tentang ekosistem lahan gambut lebih difokuskan pada awal terbentuknya lahan gambut hingga menjadi hutan rawa gambut yang bersifat anaerob.
Dalam pengembangan dan pemanfaatan lahan gambut akan dibahas beberapa permasalahan terkait dengan: regulasi kawasan konservasi dan budidaya, pengelolaan tanah dan air pada lahan gambut serta keberhasilan dan kegagalan yang dialami, pemanfaatan lahan gambut untuk komoditi strategis, dan penerapan teknologi sebagai dasar untuk pengembangan lahan gambut berkelanjutan. Sebagai penutup akan disampaikan penjelasan terkait dengan pengelolaan lahan gambut berkelanjutan dalam hubungannya dengan berbagai faktor yang mempengahuinya.
Topik A3. Aspek legalitas dari perlindungan dan pengelolaan gambut di Indonesia
Topik A3. Aspek legalitas dari perlindungan dan pengelolaan gambut di Indonesia
Topik ini membahas landasan hukum beserta analisis hukum dari Perlindungan dan Pengelolaan lahan gambut di Indonesia, juga latar belakang perlindungan lahan gambut daari awal 1990an sampai dengan sekarang.
Dinamika pengaturan maupun proses dari pengaturan lahan gambut melalui Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut juga akan disampaikan.
Selain itu, kontradiksi dalam peraturan maupun penerapannya juga akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam topik ini. Diharapkan pembaca akan mulai memahami beberapa kondisi umum yang penting untuk digaris bawahi dalam melihat legalitas pengelolaan ekosistem gambut di Indonesia.
Topik A4. Lahan gambut dan perjanjian internasional
Topik A4. Lahan gambut dan perjanjian internasional
Indonesia telah banyak terlibat dalam berbagai perjanjian internasional, termasuk tentang lahan gambut.
Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional dilandasi oleh dua hal. Pertama untuk kepentingan nasional, khususnya kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Yang ke dua agar Indonesia juga bisa memberikan kontribusi kepada kepentingan global. Topik ini menjelaskan mengenai betapa pentingnya peranan lahan gambut Indonesia dalam menjaga kestabilan ekosistem global, juga menjabarkan letak Indonesia di wilayah tropis yang lahan gambutnya berpotensi mengeluarkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang amat besar. Selanjutnya dipaparkan pula perjalanan kesepakatan internasional yang terkait dengan lahan gambut serta sejauh mana status Indonesia terhadap perjanjian internasional tersebut.
Tema B. Metodologi penilaian karakteristik lahan gambut
Topik B1. Penilaian sifat fisik, kimia dan biologi tanah gambut
Topik B1. Penilaian sifat fisik, kimia dan biologi tanah gambut
Topik ini memaparkan penilaian sifat fisik, kimia, dan biologi tanah gambut. Analisis dilakukan pada contoh tanah yang diambil, dimana pengambilan contoh tanah ini harus dilakukan sesuai dengan keperluan.
Terdapat beberapa metode analisis yang akan dipaparkan untuk menganalisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah tersebut. Namun demikian, metode yang disajikan pada tool box ini hanya memberikan informasi tentang sebagian metode analisis tanah yang pada umumnya digunakan.
Topik B2. Persamaan biomassa pohon dan cadangan karbon diatas permukaan lahan gambut
Topik B2. Persamaan biomassa pohon dan cadangan karbon diatas permukaan lahan gambut
Cakupan dari topik ini adalah penjelasan mengenai metodologi pengembangan persamaan allometrik dan pengukuran lapangan untuk pendugaan karbon hutan di lahan gambut.
Tool box ini berhubungan dengan Topik B5 terkait dengan peta tutupan lahan,. Dimana peta tutupan lahan yang dihasilkan dari Topok B5 digunakan dalam Topik ini untuk proses stratifikasi untuk desain sampling pengukuran cadangan karbon di lapangan
Topik ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar tentang metode terkini yang diterapkan dalam penyusunan persamaan biomassa dan pendugaan cadangan karbon dari biomassa atas permukaan (BAP) di lahan gambut.
Topik B3. Pendugaan cadangan karbon bawah-permukaan di lahan gambut
Topik B3. Pendugaan cadangan karbon bawah-permukaan di lahan gambut
Dalam bagian ini diuraikan bagaimana cara menduga cadangan karbon bawah-permukaan, yaitu komponen yang pada umumnya mengandung karbon terbesar dari ekosistem lahan gambut dibanding komponen lain.
Untuk karbon biomassa di bawah permukaan, meskipun pengukuran langsung perlu dan dapat dilakukan, uraian ini akan membahas cara menduganya.
Sedangkan untuk karbon tanah, dapat dilakukan pendugaan dengan pengukuran langsung di lapangan yang terkait dengan pengambilan contoh tanah, pendugaan fraksi karbon dan parameter fisik lainnya.
Topik B4. Fluk GRK dari ekosistem lahan gambut
Topik B4. Fluk GRK dari ekosistem lahan gambut
Topik ini memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai pentingnya informasi fluk gas rumah kaca (GRK) dari ekosistem lahan gambut, serta menjelaskan metode-metode dan alat untuk pengukurannya secara spesifik, khususnya fluk GRK dari proses dekomposisi dan/atau kebakaran gambut (perubahan karbon stok dalam lapisan tanah gambut).
Selain itu, ditampilkan pula beberapa contoh hasil pengamatan/pengukuran fluk GRK dari berbagai kondisi lahan gambut yang menggambarkan bahwa data-data hasil kajian fluk GRK di lahan gambut keragamannya sangat besar, sehingga sangat diperlukan metode dan teknik sampling yang representatif dalam mengukur fluk GRK pada lahan gambut tersebut.
Topik B5. Pendekatan spasial distribusi lahan gambut
Topik B5. Pendekatan spasial distribusi lahan gambut
Fokus topik ini kepada pembahasan mengenai latar belakang yang menjelaskan tentang informasi spasial di lahan gambut, memaparkan rasional dan pendekatan yang penting diketahui, pengenalan data inderaja sebagai sumber informasi, pemetaan lahan gambut, serta data spasial serta tindak lanjutnya. Bagian terakhir ini, sangat erat kaitannya dengan dengan kebijakan satu peta (One Map Policy), yang juga sudah disampaikan di topik lainnya dalam Toolbox ini.
“The one map initiative(?)” atau gerakan satu peta, sesungguhnya juga mengatur siapa berbuat apa dan mengatur apa. Untuk itu dalam operasionalnya, dikenal istilah wali data (data custodian). Khusus untuk infomasi spasial lahan gambut, wali data yang ditunjuk adalah Kementerian Pertanian.
Tema C. Ekosistem lahan gambut tropis
Topik C1. Lahan gambut dan keanekaragaman hayati
Topik C1. Lahan gambut dan keanekaragaman hayati
Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki kekhasan dan bahkan beberapa jenis tidak ditemukan pada habitat yang lain.
Di dalam presentasi ini akan disampaikan mengenai lahan gambut dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Topik ini diawali dengan memberikan gambaran mengenai perhatian pemerintah terhadap lahan gambut, kemudian peran penting lahan gambut khususnya dalam kaitannya dengan keanekaragaman hayati.
Topik C2. Hidrologi lahan gambut Indonesia
Topik C2. Hidrologi lahan gambut Indonesia
Sistem hidrologi menentukan kelestarian lahan gambut dan keberlangsungan jasa lingkungannya. Neraca air yang setimbang diperlukan untuk berlangsungnya neraca karbon yang setimbang. Kelestarian jasa lingkungan ekosistem gambut hanya dapat dicapai dengan neraca karbon yang setimbang. Diperlukan tata air yang baik agar kelestarian ekosistem gambut dan layanan jasa lingkungannya tetap lestari
Secara ilustratif topik ini menguraikan ancaman perubahan tata air lahan gambut dan bagaimana hal ini bisa terjadi. Tata air lahan gambut yang baik juga disebutkan dalam topik ini seperti mempertahankan neraca air alami, restorasi vegetatif dan restorasi engineering.
Topik C3. Kebakaran hutan dan lahan gambut
Topik C3. Kebakaran hutan dan lahan gambut
Hutan tropika basah Indonesia dikenal sebagai hutan yang selalu basah dan tahan terhadap kebakaran. Tetapi pada tahun 1982/1983, sekitar 3,6 juta ha hutan tropika basah di Kalimantan Timur terbakar. Pada saat itu terjadi fenomena El Nino dimana musim kering berkepanjangan melanda Indonesia dalam jangka waktu 10 bulan berturut-turut. Dalam topik ini dibahas mengenai kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, karakteristik kebakaran tersebut, penyebab kebakaran dan dampaknya, bagaimana pencegahannya, serta cara pemadaman kebakaran dan penanganan pasca kebakaran hutan dan lahan gambut.
Topik C4. Lahan gambut sebagai cadangan karbon
Topik C4. Lahan gambut sebagai cadangan karbon
Topik ini akan memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Pembahasan mengenai stok karbon yang tersimpan di lahan gambut yang meliputi karbon yang terdapat di atas permukaan tanah, maupun yang terdapat di bawah permukaan tanah akan dibahas lebih lanjut termasuk hasil-hasil penelitian sebagai ilustrasinya.
Selain itu, topik ini juga menyajikan sifat gambut yang mempengaruhi cadangan karbon dalam tanah serta potensi akumulasi karbon bila kondisi gambut dalam keadaan tidak terganggu ataupun bila mengalami gangguan.
Topik C5. Lahan gambut sebagai sumber penghidupan masyarakat lokal
Topik C5. Lahan gambut sebagai sumber penghidupan masyarakat lokal
Saat ini, lahan gambut banyak dimanfaatkan untuk komoditas kayu dan perkebunan. Namun demikian, proses pemanfaatan lahan hutan dan lahan pertanian oleh masyarakat tidak sebanding dengan luasan yang dimanfaatkan oleh pengusaha dalam skala masif. Pada wilayah-wilayah yang terlingkup area gambut, terdapat beberapa kabupaten yang memiliki angka kemiskinan di lebih besar di atas angka rata-rata kemiskinan nasional.
Topik ini membahas mengenai peluang dan tantangan masyarakat untuk dapat merencanakan dan mengelola lahan gambutnya lebih baik. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan desa dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat disampaikan pula dalam topik ini.
Topik C6. Penurunan permukaan lahan gambut
Topik C6. Penurunan permukaan lahan gambut
Pemanfaatan lahan gambut, perlu kehati-hatian, karena bila salah kelola akan dapat menimbulkan kerusakan lahan (sifat kering tidak balik, subsiden) dan lingkungan (pencemaran dan peningkatan emisi karbon). Saat ini pemanfaatan lahan gambut mulai dibatasi terkait isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.
Topik ini menjelaskan mengenai klasifikasi dan proses penurunan permukaan lahan gambut dan dampaknya terhadap produksi (pertanian-perkebunan dan hutan tanaman) dan lingkungan.
Topik C7. Prinsip-prinsip rehabilitasi gambut
Topik C7. Prinsip-prinsip rehabilitasi gambut
Gambut berperan penting sebagai sumber air tawar global, sehingga kerusakannya akan mempengaruhi jutaan orang dan berdampak nyata pada perubahan iklim. Strategi yang telah dihasilkan dan dipersiapkan para pengambil kebijakan di Indonesia dalam pemanfaatan gambut secara bijaksana (wise use) diformulasikan dalam sistem restorasi dan rehabilitasi lahan gambut.
Dalam topik inidibahas peran penting lahan gambut sehingga rehabilitasi terhadap lahan gambut yang terdegradasi merupakan suatu prioritas yang harus dilakukan. Prinsip dan langkah-langkah gambut dipaparkan juga dalam topik ini, termasuk target strategi dari rehabilitasi lahan gambut tersebut.
Tema D. Lahan gambut dan perubahan iklim
Topik D1. Lahan gambut dan mitigasi perubahan iklim
Topik D1. Lahan gambut dan mitigasi perubahan iklim
Ketika lahan gambut tersebut masih ditutupi vegetasi hutan alami dan air gambutnya tidak didrainase, maka vegetasi pada kawasan tersebut akan menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya sebagai biomasa tanaman, dan sebagai materi gambut pada lantai hutan. Namun ketika gambut dan vegetasinya terbakar, dan airnya didrainase maka kawasan tersebut justru menjadi kontributor (source) dari GHG. Oleh karenanya, untuk mengembalikan fungsi mitigasi lahan gambut terhadap GHG di atmosfer, maka gambut harus tetap basah dan vegetasi di atasnya harus tetap ada.
Topik ini membahas tentang mitigasi lahan gambut, keterkaitannya dengan kebijakan yang ada dan menyampaikan opsi-opsi strategis mitigasi perubahan iklim di lahan gambut.
Topik D2. Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia
Topik D2. Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia
Dalam 10 tahun terakhir sudah banyak informasi ilmiah baru yang tersedia berkenaan dengan emisi dan penyerapan gas rumah kaca (GRK) di lahan gambut. Pada IPCC 2006 semua jenis tutupan lahan non hutan dikelompokkan menjadi satu kelas, namun pada IPCC 2014 dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan beragamnya penggunaan lahan gambut. Dengan demikian data aktivitas serta faktor emisi menjadi lebih rinci sehingga perkiraan jumlah emisi GRK diharapkan lebih akurat.
Pokok bahasan topik ini meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi sumber emisi gas rumah kaca dari lahan gambut dan faktor emisi serta data aktivitas yang diperlukan dalam perhitungan emisi.