Jepara, KOMPAS – Perajin mebel skala kecil masih sulit memperoleh sertifikasi ekolabel karena biayanya mahal. Padahal sertifikasi semakin dibutuhkan, seiring permintaan pasar akan produk mebel yang ramah lingkungan dan melalui proses yang benar. Konsultan Sertifikasi dan Marketing Center For International Forestry Research(CIFOR) Dwi R Muhtaman, di Jepara, Jawa Tengah, Senin (8/6), mengungkapkan baru 40 industri mebel yang telah mendapat sertifikasi ekolabel di Indonesia. Mahalnya biaya sertifikasi menyebabkan hanya sebagian pelaku industri mebel yang sudah menyertifikasikan produknya. Kondisi itu menjadi lebih sulit bagi perajin kecil.
Ada dua jenis sertifikasi yang dibutuhkan dalam industri mebel, yaitu sertifikasi hutan dan sertifikasi industri. Biaya untuk sertifikasi hutan 35.000-40.000 dollar AS per 100.000 hektar. Adapun biaya sertifikasi industri 6.000-7.000 dollar AS per unit industri.“Di Indonesia, baru sedikit hutan yang sudah disertifikasi misalnya di daerah Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Perhutani juga mulai menyertifikasikan hutannya, namun belum selesai. Kini baru sampai sertifikasi legalitas,”ujar Dwi.
Nilai jual kayu yang berasal dari hutan bersertifikat ekolabel bisa meningkat hingga 7 persen. Kayu dari perhutani bahkan dijual lebih tinggi 20 persen. Karena itu, produk mebel yang bersertifikat ekolabel akan sangat meningkatkan nilai jual produk. Namun Margono, perajin kecil dari Desa Kedungcino, Kecamatan Jepara, mengatakan, perajin kecil masih jauh dari sertifikasi ekolabel. Kayu yang digunakan para perajin biasanya kayu rakyat atau kayu-kayu ketengan yang dibeli perbatang.
Padahal pembeli dari beberapa Negara mulai menyeleksi mebel yang masuk ke negara mereka. Bahkan Amerika Serikat dan Eropa mulai tahun 2011 tidak akan menerima produk mebel tanpa sertifikasi ekolabel.
Pemimpin proyek dari CIFOR Herry Purnomo juga mengakui perajin kecil sulit menyertifikasi produknya.Adanya Asosiasi perajin kecil jepara diharapkan para perajin kecil dapat berkumpul dalam satu wadah.Dengan demikian,sertifikas i dapat dilakukan secara berkelompok. Seiring meredupnya pamor mebel jepara,daya tawar perajin kecil pun semakin melemah. Mereka membutuhkan wadah yang mampu menguatkan posisi terutama dalam meningkatkan kualitas dan membuka pasar.